عَن أبى هريرة رضي الله عنه
ان رسول الله صلى عليه وسلم قا ل: َلَيْسَ
الشَّدِيْدُ بِالصُّرْعَةِ اِنَّمَا الشَّدِيْدُ
اَّلذِي يَمْلِكُ نَفْسَهُ عِنْدَ الْغَضَبِ (متفق عليه)
Dari
Abu Hurairah ra, bahwa Rasulullah saw bersabda: orang yang kuat itu bukanlah ia
yang bisa mengalahkan orang lain, melainkan yang disebut orang kuat adalah yang
dapat mengendalikan dirinya ketika marah. ( HR. Muttafaqun alaih)
Dari
Hadist di atas jelas, bahwa ukuran kuat atau tidak kuatnya seseorang tidak ditentukan oleh kemampuannya
mengalahkan orang lain secara fisik, melainkan diukur dari seberapa besar ia
mampu mengendalikan dirinya ketika sedang marah. Dengan demikian kuat
tidaknya seseorang diukur mampu tidaknya ia menaklukkan dirinya sendiri bukan
orang lain.
Dalam
Al-Qur an Surat Al-Maidah: 8 dijelakan bahwa apa apabila seseorang terpaksa hurus membeci seseorang karena
alasan tertentu, maka kebencian itu tidak
menyebabkan ia berlakuk zhalim atau berlaku tidak adil. Kita diharapkan
dapat menegakkan keadilan karena berlaku adil walau terhadap yang kita benci
lebih dekat kepada ketaqwaan. Artinya
perasaan kita yang dalam hal ini kebencian kita kepada seseorang tidak boleh
mempengaruhi perilaku kita kepadanya. Pirman Allah:
Hai
orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan
(kebenaran) Karena Allah, menjadi saksi dengan adil. dan janganlah sekali-kali
kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil.
berlaku adillah, Karena adil itu lebih dekat kepada takwa. dan bertakwalah
kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.(QS.Al-Maidah/5:8)
Ketika
seseorang sedang marah dapat menyebabkan hilangnya keseimbangan jiwa dan
tumpulnya akal sehat untuk berpikir. Seseorang yang marah sering lepas kendali
yaitu tidak sadar apa yang ia katakan dan ia perbuat, sehingga ia menyesal
dikemudian hari karena telah mengatakan, melakukan atau memutuskan sesuatu
ketika ia sedang marah. Oleh karena itu pengendalian diri ketika marah adalah
kemampuan yang membutuhkan kekuatan. Orang yang mampu melakukan hal tersebutlah
yang dinyatakan Rasulullah sebagai orang Kuat.
Sesungguhnya
ketika seseorang telah kehilangan keseimbangan jiwa dan akal sehatnya karena
marah, maka sebenarnya ia telah kehilangan sesuatu yang sangat berharga yaitu akal,
yang membedakan manusia dengan binatang. Ketika seorang manusia bertindak tidak menggunakan akalnya maka ia tidak
berbeda dengan binatang bahkan lebih rendah.
Marah
biasanya akan menarik pelakunya untuk cendrung berbuat salah, sebab ketika kita
setan akan dengan mudah masuk ke dalam diri dan menggoda untuk melakukan
kesalahan baik dalam berbicara maupun dalam berperilaku. Setan selalu menanti
saat-saat terlemah dari manusia dimana marah adalah satu titik kelemahan
manusia. Pernah sewaktu Aisyah ra marah kepada Rasullah, lalu beliau
mengucapkan:
لَقَدْ جَاءَ كِ شَيْطَا ُنكِ
Telah datang setan kepada mu (HR. Riwaya
Muslim dan Nasai)
Marah
jika ditinjau dari psikologi, umumnya para ahli mengemukakan bahwa sifat marah
adalah merupakan watak naluri manusia. Hampir semua orang/manusia pernah
marah. Yang berbeda adalah
bagaimana cara seseorang mengendalikannya.
Ada
orang yang mudah sekali marah walau terhadap hal-hal yang sepele sekalipun
Ada
orang yang sulit untuk marah meskipun ia diganggu atau diserang orang lain
Memang
tingkat kemarahan dapat berbeda pada setiap orang. Menurut Dr. Ustman Najati,
ahli psikolog dari Mesir yang membedakannya tingkat kemarahan seseorang adalah: latar belakang sosial,
pengetahuan, pendidikan, pandangan hidup serta nilai-nilai yang dianutnya dan
berdasarkan sejauhmana penyebab marah itu berarti dalam kehidupannya.
Salah satu penyebab marah adalah gangguan atau serangan orang lain, tetapi
apapun tindakan orang lain kepada kita tergantung bagaimana cara kita
menyikapinya. Apakah kita merasa diserang/ terganggu atau tidak.
Dalam
Islam, meskipun marah dibenarkan tetapi sebagai seorang muslim sebaiknya ia
dapat menahannya, karena yang demikian itu lebih baik dan juga menjadi ciri
dari kualitas ketaqwaan seseorang. Allah
Berpirman: (QS. Ali Imran/3:133-134)
Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari
Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan
untuk orang-orang yang bertakwa,.
(yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang
maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mema'afkan
(kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.
Disamping
ummat islam dianjurkan menahan amarah, terdapat juga marah yang terpuji yaitu
marah dalam membela dan mempertahankan dalam rangka menegakkan kebenaran, marah
dalam membela dan mempertahankan kesucian agama. Allah berpirman
Muhammad
itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras
terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka. (Q.S. Al-Fath/48:29)
Hai nabi,
perangilah orang-orang kafir dan orang-orang munafik dan bersikap keraslah
terhadap mereka. tempat mereka adalah Jahannam dan itu adalah seburuk-buruknya
tempat kembali. (QS. Al-Tahrim/66:9)
Dari
uraian di atas jelas kepada kita bahwa orang kuat adalah orang yang mampu
mengendalikan diri dikala marah. Marah tidak dilarang, terdapat berbagai jenis
marah yang justru dianjurkan seperti marah terhadap orang kafir. af
Tidak ada komentar:
Posting Komentar