Sabtu, 01 Oktober 2011

EVOLUSI SPRITUAL


 Pada saat sekarang perkembangan Ilmu dan teknologi sangat luar biasa. Dengan Iptek manusia dapat mengirim dan menjelajari ruang angkasa. Dengan Iptek manusia mampu menyelami dasar lautan, dengan Iptek manusia mampu mempelajari dirinya sendiri dan mampu mengubah DNA sehingga dikhayalkan akan menciptakan manusia baru dimasa mendatang tanpa melalui pernikahan/ perkawinan (cloning). Sedemikian majunya Iptek sehingga sebahagian manusia memujanya dan bahkan menganggapnya sebagai Tuhan dan digunakan untuk menilai salah dan benar, dijadikan pedoman dalam berperilaku.
Tetapi perlu kita pahami bahwa sejak dahulu hingga sekarang terjadi berbagai peristiwa yang tidak dapat diterangkan oleh ilmu yang ada. Peristiwa/ kejadian itu yang tidak dapat diterangkan oleh ilmu itu atau sering disebut paranormal. Dalam lingkungan tasauf peristiwa tersebut dibagi atas beberapa tingkatan yaitu 1) Mu’jizat:  peristiwa  atau kemampuan para nabi dan rasul; 2) Irhash: peristiwa paranormal yang dialami oleh calo nabi dan rasul; 3) Karomat/ keramat adalah peristiwa paranormal yang dialami para wali; 4) Mau’nat: peristiwa paranormal yang dialami orang biasa bukan nabi/rasul dan bukan wali; 5) Istidraj: peristiwa paranormal yang dialami orang munafik atau sekurang-kurangnya dianggap demikian; dan 6) Sihir: peristiwa paranormal yang dialami orang kafir.
Peristiwa-peristiwa ini sering ditayangkan di televisi, dalam bentuk sinetron,  yang terkadang dapat merusak keimanan seseorang. Peristiwa paranormal yang dalam ilmu tasauf disebut hawariqul adat itu mempunyai sifat pertama: tidak tunduk pada dimensi ruang dan waktu. Tidak tunduk artinya jauh dekat sama saja, tidak tunduk pada waktu maksudnya masa lampau dan masa yang akan datang sama saja. Kedua: tidak tunduk pada hukum kebendaan artinya tidak tunduk pada hukum fisika, kimia dan ilmu-ilmu lain dan ketiga tidak tunduk pada hukum sebab akibat sebagaimana alam benda dan peristiwa yang kita alami sehari hari.
Peristiwa, pengalaman dan kemampuan yang terjadi kepada para nabi dan Rasul merupakan peristiwa yang tidak terputus-putus. Para nabi dan rasul adalah panutan, contoh tauladan yang baik, prototipe yang harus diturut oleh manusia. Mereka adalah manusia yang telah mencapai tingkat kesempurnaan rohani yang telah dapat dicapai oleh manusia. Makin tinggi kedudukan seseorang disisi Allah maka dia akan mampu melepaskan diri dari hukum-hukum kebendaan dan dia akan tunduk kepada hukum spritual. 
Dalam Islam kita kenal yang disebut Ruh. Aspek spritual dalam diri manusia adalah Ruh, yang tidak tunduk pada hukum kebendaan, karena Ruh bukan benda maka jelas Ruh tidak tunduk pada hukum kebendaan. aspek spritual/Ruh manusia berbeda-beda kemajuannya. Ada aspek spritualnya yang sudah maju dan  ada aspek spritual yang mundur sampai ketingkat yang sangat rendah yang tidak jauh berbeda dari alam binatang
Dan Sesungguhnya kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. mereka Itulah orang-orang yang lalai. (QS. Al-A’raf:179)
Hukum yang berlaku dalam dunia ruh ini yanh kita sebut dengan hukum spritual dan hukum yang berlaku sesuai ilmu fisika, kimia dalam ilmu lain yang  kita sebut dengan hukum kebendaan. Kedua hukum ini adalah sunnatullah. Contohnya ketika kita dilemparkan ke dalam api yang menyala tentu kita akan terbakar hangus, meninggal dan menjadi abu maka berlaku hukum kebendaan, tetapi ketika Nabi Ibrahim dibakar pada unggunan api yang menyala jangankan hangus, meninggal pun tidak, berlaku hukum spritual. Keduanya adalah sunnatullah.
Para Rasul adalah manusia sempurna (Insan kamil). Pada sisi lain ada manusia yang masih rendah perkembangan/ kemajuan ruhnya dan bahkan mendekati binatang, mereka itulah manusia terbelakang (aspalasafilin). Firman Allah QS. At-Thin:4-5
Sesungguhnya kami Telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya . Kemudian kami kembalikan dia ke tempat yang serendah-rendahnya (neraka),
Antara Asfala safilin dan Insan kamil terdapat jarak yang panjang dan jauh. Untuk mencapai Insan Kamil  dari tingkat Asfala safilin diperlukan waktu yang lama dan sukar, mungkin diperlukan waktu seumur hidup. Itupun mungkin masih belum tercapai, sehingga diperlukan pencucian diri di alam sesudah alam dunia yang kita kenal dengan Neraka.
Karena waktunya yang lama maka perjalanan perubahan dari Asfala Safilin ke Insan Kamil ini yang kita maksudkan dengan Evolusi.  Dan evolusi dalam hal ini bukanlah mengenai bentuk badan yang dikenal dalam antropologi, atau evolusi seperti yang dikemukan Charles Darwin dalam Ilmu Biologi. Evolusi yang kami maksudkan adalah evolusi spritual atau evolusi kerohanian. Perjalanan dari asfala safilin/ tingkat terendah ke Insan kamil/tingkat tertinggi adalah serangkaian hukum spritual yang tidak dikenal dalam hukum kebendaan seperti fisika, biologi, kimia, kedokteran dan ilmu lainnya.
Apakah masih ada sekarang manusia Asfala Safilin itu? Jawabnya tentu masih ada dan mungkin bahkan bertambah banyak. Jika kita membaca pada media cetak, mendengar radio atau menonton melalui media elektronik TV dan media lain, berapa banyak manusia yang membunuh anaknya sendiri, anak membunuh orang tuanya, manusia dibunuh dan jenazahnya dipotong-potong (mutilasi) dan lainnya. Bukankah ini bentuk kehidupan yang lebih rendah dari binatang?
Bentuk tubuhnya sama dengan manusia lainya tetapi ruh/ aspek spritualnya mendekati atau bahkan lebih rendah dari binatang. Perjalanan dari tingkat asfala safilin ketingkat Insan kamil adalah suatu perjalanan yang membutuhkan perjuangan, penuh dengan pendakian dan tanjakan. Namun bagi orang yang tekun hal ini tentu tidak menjadi masalah dan insya Allah akan sampai pada tujuan akhir
Dan dia lah yang menjadikan kamu penguasa-penguasa di bumi dan dia meninggikan sebahagian kamu atas sebahagian (yang lain) beberapa derajat, untuk mengujimu tentang apa yang diberikan-Nya kepadamu. Sesungguhnya Tuhanmu amat cepat siksaan-Nya dan Sesungguhnya dia Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS. Al-An am:165)
Pada saat sekarang kita berada pada bulan Ramadhan, bulan dimana kita diwajibkan berpuasa dan bulan yang kita dianjurkan beramal dengan sebanyak-banyaknya. Bulan penuh dengan berkah, rahmad, bulan pengampunan dosa, bulan melapaskan kita dari api neraka dan pada akhirnya kita akan mendapat derajat Taqwa, Insya Allah
                Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal. (QS. Al-Hujurat:13)
Saatnya kita bertanya pada diri kita, pada posisi mana kita sekarang apakah masih pada posisi asfala safilin atau saat ini kita sedang berusaha atau sedang berjalan yang dalam istilah dalam ceramah ini kita sedang berevolusi ke arah Insan kamil? Jawabanya terpulang kepada diri kita.
Peristiwa/ kejadian itu yang tidak dapat diterangkan oleh ilmu  disebut paranorma. Ada manusia yang rendah tingkah kerohaniannya (asfala safilin) dan ada yang tinggi tingkat kerohaniannya (insan kamil). Antara Asfala safilin dan Insan kamil terdapat jarak yang panjang dan jauh. Untuk mencapai Insan Kamil  dari tingkat Asfala safilin diperlukan waktu yang lama dan sukar, mungkin diperlukan waktu seumur hidup. Itupun mungkin masih belum tercapai. Karena waktunya yang lama maka perjalanan perubahan dari Asfala Safilin ke Insan Kamil ini yang kita maksudkan dengan Evolusi  Oleh karena itu marilah kita selalu berusaha mencapai derajat yang tinggi dan mulia disisi Allah dengan berusaha mencapai insan kamil dengan derajat taqwa, af

Tidak ada komentar:

Posting Komentar