Senin, 03 Oktober 2011

MENGENDALIKAN MARAH


عَن أبى هريرة رضي الله عنه  ان رسول الله  صلى عليه وسلم  قا ل:  َلَيْسَ الشَّدِيْدُ بِالصُّرْعَةِ  اِنَّمَا الشَّدِيْدُ اَّلذِي  يَمْلِكُ  نَفْسَهُ عِنْدَ الْغَضَبِ   (متفق عليه)
Dari Abu Hurairah ra, bahwa Rasulullah saw bersabda: orang yang kuat itu bukanlah ia yang bisa mengalahkan orang lain, melainkan yang disebut orang kuat adalah yang dapat mengendalikan dirinya ketika marah. ( HR. Muttafaqun alaih)
Dari Hadist di atas jelas, bahwa ukuran kuat atau tidak kuatnya seseorang  tidak ditentukan oleh kemampuannya mengalahkan orang lain secara fisik, melainkan diukur dari seberapa besar ia mampu mengendalikan dirinya ketika sedang marah. Dengan demikian kuat tidaknya seseorang diukur mampu tidaknya ia menaklukkan dirinya sendiri bukan orang lain.
Dalam Al-Qur an Surat Al-Maidah: 8 dijelakan bahwa apa apabila seseorang  terpaksa hurus membeci seseorang karena alasan tertentu, maka kebencian itu tidak  menyebabkan ia berlakuk zhalim atau berlaku tidak adil. Kita diharapkan dapat menegakkan keadilan karena berlaku adil walau terhadap yang kita benci lebih dekat kepada  ketaqwaan. Artinya perasaan kita yang dalam hal ini kebencian kita kepada seseorang tidak boleh mempengaruhi perilaku kita kepadanya. Pirman Allah:
Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) Karena Allah, menjadi saksi dengan adil. dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. berlaku adillah, Karena adil itu lebih dekat kepada takwa. dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.(QS.Al-Maidah/5:8)
Ketika seseorang sedang marah dapat menyebabkan hilangnya keseimbangan jiwa dan tumpulnya akal sehat untuk berpikir. Seseorang yang marah sering lepas kendali yaitu tidak sadar apa yang ia katakan dan ia perbuat, sehingga ia menyesal dikemudian hari karena telah mengatakan, melakukan atau memutuskan sesuatu ketika ia sedang marah. Oleh karena itu pengendalian diri ketika marah adalah kemampuan yang membutuhkan kekuatan. Orang yang mampu melakukan hal tersebutlah yang dinyatakan Rasulullah sebagai orang Kuat.
Sesungguhnya ketika seseorang telah kehilangan keseimbangan jiwa dan akal sehatnya karena marah, maka sebenarnya ia telah kehilangan sesuatu yang sangat berharga yaitu akal, yang membedakan manusia dengan binatang. Ketika seorang manusia bertindak  tidak menggunakan akalnya maka ia tidak berbeda dengan binatang bahkan lebih rendah.
Marah biasanya akan menarik pelakunya untuk cendrung berbuat salah, sebab ketika kita setan akan dengan mudah masuk ke dalam diri dan menggoda untuk melakukan kesalahan baik dalam berbicara maupun dalam berperilaku. Setan selalu menanti saat-saat terlemah dari manusia dimana marah adalah satu titik kelemahan manusia. Pernah sewaktu Aisyah ra marah kepada Rasullah, lalu beliau mengucapkan:
لَقَدْ جَاءَ كِ شَيْطَا ُنكِ
Telah datang setan kepada mu (HR. Riwaya Muslim dan Nasai)
Marah jika ditinjau dari psikologi, umumnya para ahli mengemukakan bahwa sifat marah adalah merupakan watak naluri manusia. Hampir semua orang/manusia pernah marah.  Yang berbeda adalah bagaimana cara seseorang mengendalikannya.
Ada orang yang mudah sekali marah walau terhadap hal-hal yang sepele sekalipun
Ada orang yang sulit untuk marah meskipun ia diganggu atau diserang orang lain
Memang tingkat kemarahan dapat berbeda pada setiap orang. Menurut Dr. Ustman Najati, ahli psikolog dari Mesir yang membedakannya tingkat kemarahan seseorang  adalah: latar belakang sosial, pengetahuan, pendidikan, pandangan hidup serta nilai-nilai yang dianutnya dan berdasarkan sejauhmana penyebab marah itu berarti dalam kehidupannya. Salah satu penyebab marah adalah gangguan atau serangan orang lain, tetapi apapun tindakan orang lain kepada kita tergantung bagaimana cara kita menyikapinya. Apakah kita merasa diserang/ terganggu atau tidak.
Dalam Islam, meskipun marah dibenarkan tetapi sebagai seorang muslim sebaiknya ia dapat menahannya, karena yang demikian itu lebih baik dan juga menjadi ciri dari kualitas ketaqwaan seseorang.  Allah Berpirman: (QS. Ali Imran/3:133-134)
 Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa,.  (yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mema'afkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.
Disamping ummat islam dianjurkan menahan amarah, terdapat juga marah yang terpuji yaitu marah dalam membela dan mempertahankan dalam rangka menegakkan kebenaran, marah dalam membela dan mempertahankan kesucian agama. Allah berpirman
Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka.  (Q.S. Al-Fath/48:29)
Hai nabi, perangilah orang-orang kafir dan orang-orang munafik dan bersikap keraslah terhadap mereka. tempat mereka adalah Jahannam dan itu adalah seburuk-buruknya tempat kembali. (QS. Al-Tahrim/66:9)
Dari uraian di atas jelas kepada kita bahwa orang kuat adalah orang yang mampu mengendalikan diri dikala marah. Marah tidak dilarang, terdapat berbagai jenis marah yang justru dianjurkan seperti marah terhadap orang kafir. af

Tidak ada komentar:

Posting Komentar